Vihara Giri Manggala yang berlokasi di Desa Alasangker, Kecamatan Buleleng. Vihara tersebut memiliki areal yang cukup luas. Uniknya, wilayah vihara ini dibagi menjadi tiga bagian seperti struktur pura yakni ada utama mandala, madya madala dan nista mandala.
Awal berdirinya Vihara Giri Manggala bermula dari kelompok kidung yang ada. Kemudian sebanyak 29 KK menyatakan diri untuk bergabung dalam ajaran Budha.
Lalu dibangunlah sebuah vihara di desa Petandakan. Pada tahun 1991 desa Alasangker membuat tempat ibadat bagi umat yang bertempat tinggal di desa setempat.
Vihara tersebut dibangun dengan dana swadaya diatas lahan seluas 50 are. Sampai saat ini jumlah umat telah mencapai 104 KK.
Saat upacara keagamaan, tradisi yang dilakukan di Vihara Giri Manggala itu hampir serupa dengan umat hindu, yakni seperti membuat gebogan buah, janur bunga dan sesajen lainnya. Akan tetapi tidak menggunakan daging dalam sebuah persembahan. Dulu awalnya tahun 1957 Yang Mulia Bante Giri Rakito mulai menyebarkan ajaran Buddha ke sini. Sebenarnya ada tiga tempat. Yakni desa Petandakan, Desa Penglatan dan Desa Alasangker.
Keunikan lainnya terlihat dari pakaian yang digunakan umat pada saat upacara keagamaan. Umat menggunakan pakaian adat Bali layaknya umat hindu. Dari segi bangunan pada vihara Giri Manggala tersebut memiliki kesamaan dengan model bangunan Brahmavihara Arama desa Banjar.
Hampir semua tata ruang yang ada serupa dengan vihara itu. Uniknya lagi, model bangunan masih mempergunakan arsitektur Bali.
Sesuai dengan letak Vihara yang berlokasi di tengah-tengah hutan maka Vihara tersebut dinamai Giri Manggal, dimana Giri artinya hutan dan manggala artinya berkah. Selain tempat pemujaan yang terletak pada utama mandala, pada bagian samping Vihara tersebut dilengkapi dengan tempat Siripada Puja yang digunakan untuk memberi penghormatan kepada tapak kaki budha. Siri artinya yang mulia, pada artinya tapak kaki budha dan puja berarti menyembah atau hormat. Di lokasi tersebut juga dilengkapi dengan patung tapak kaki budha yang terukir diatas sebuah batu besar.
Di tempat tersebut suasananya sangat hening dan tenang. Areal itu biasanya digunakan sebagai tempat bermeditasi bagi umat. Jika ada umat yang memiliki indra keenam, maka akan dapat merasakan aura magis dari kawasan itu.
Di bawah itu sempat menurut penuturan orang-orang dijaga oleh seorang Ratu. Rambutnya panjang berwarna emas begitu juga dengan pakaiannya.
Share on