Vihara Boen Hay Bio merupakan salah satu wihara tertua di Kota Tangerang Selatan. Lokasinya berada di Pasar Lama Serpong, Cilenggang. Wihara ini sudah berdiri sejak tahun 1694. Artinya, usia kelenteng tersebut sekitar 300 tahun atau tiga abad. "Sekarang umur atau usia (wihara) kurang lebih 300 tahun lebih. Wihara ini sudah berdiri sejak tahun 1694
Klenteng merupakan tempat ibadah bagi umat yang masih menganut kepercayaan tradisional dari tanah Tionghoa. Terdapat begitu banyak klenteng tua berusia ratusan tahun yang tersebar di penjuru Nusantara, salah satunya adalah Klenteng Boen Hay Bio yang terletak di wilayah Tangerang selatan.
Menariknya, klenteng ini berdiri sebagai salah satu tempat ibadah kepercayaan minoritas di tengah kepungan pembangunan besar-besaran wilayah BSD dan sekitarnya. Boen Hay Bio justru senantiasa masih berdiri megah dan menjadi salah satu dari tiga klenteng tertua yang ada di Tangerang selain Boen Tek Bio (1684) dan Boen San Bio (1689).
Melihat lebih dekat Klenteng Boen Hay Bio Klenteng ini berlokasi di Jalan Pasar Lama, Desa Cilenggang Serpong. Lokasinya memang kurang strategis karena tidak terletak pada jalan utama. Namun begitu, apabila Sahabat Silir bertolak dari Jakarta, tempat ini masih bisa dijangkau dengan KRL di Stasiun Serpong.
Klenteng yang memiliki makna ‘Samudera Tanpa Batas’ ini dibangun pada tahun 1694 dan telah mengalami renovasi sebanyak 10 kali sejak awal pembangunannya. Saat tiba di tempat ini, para pengunjung akan disambut gapura unik berhiaskan patung kepiting diatasnya dan papan merah bertuliskan “Boen Hay Bio Vihara Karuna Jala Pasar Lama Serpong”.
Tampak pula pada wuwungan atapnya terdapat hiasan dua naga yang tengah memperebutkan mustika. Warna cat merah menyala begitu mendominasi bagian depannya. Warna merah dan kepiting memang diyakini sebagai penolak bala dalam kepercayaan Tionghoa.
Memasuki bagian depan klenteng, pengunjung akan disambut sebuah hiolo (tempat menancapkan hio/dupa) yang diapit oleh dua buah Kim Lo (menara lima susun tempat pembakaran kertas sembahyang) dan dikelilingi oleh lilin-lilin besar berwarna merah.
Klenteng ini juga menjadi rumah peribadatan bagi agama Tridharma (TTID), yakni Konghucu, Tao, dan Buddha. Hal ini bisa terlihat dari sejumlah arca, patung dan perlengkapan ibadah yang dipergunkan di tempat ini.
Altar utama digunakan untuk memuja Satyadharma Bodhisattva atau yang kerap dikenal Kongco Kwang Kong (Kwang Seng Tee Kun), yaitu dewa pelindung perdagangan, kesustraan, dan pelindung dari malapetaka perang. Selain altar utama, terdapat pula sepuluh altar lainnya yang memenuhi tiap sudut dan lantai di kuil ini, seperti beberapa diantaranya adalah Hok Tek Ceng Sin, Kong Tek Cun Ong, Tho Ti Kong, Chiu Thian Sian Ni, dah banyak lagi.
Masing-masing altar dihuni oleh patung dewa dewi yang memiliki tugas dan sifat masing-masing berkaitan dengan pengaturan kehidupan alam dan manusia.
Mengunjungi klenteng tua indah di wilayah Serpong ini tentu memberi kesan unik tersendiri dalam mengingat sejarah kedatangan etnis Tionghoa ke bumi Nusantara. Selain kerap diramaikan jelang perayaan Imlek dan ulang tahun klenteng, ternyata tempat ini juga menawarkan kegiatan belajar bahasa Mandarin yang bisa diikuti siapa saja.
Share on