Kelenteng Hok Tek Ceng Sin Jepara Tidak ada catatan pasti tentang kapan klenteng ini berdiri, namun ada yang menyebut bersamaan dengan berdirinya Masjid Agung Demak yaitu tahun 1466 M.
Bangunan aslinya berada di samping kanan gapura kelenteng yang bertulis "Gerbang Damai Sejahtera", karenanya kelenteng ini juga dikenal sebagai Kelenteng Gerbang Damai Sejahtera.
Naga dalam tradisi kepercayaan Tionghoa pada jaman dahulu adalah merupakan lambang keadilan, kekuatan dan menjadi penjaga barang-barang dan tempat suci. Sepasang Ciok say, singa penjaga kelenteng semacam Dwarapala di pura, tampak berjaga di Kelenteng Hok Tek Ceng Sin Jepara ini.
Ciok say (Singa Kilin) tersusun dari 18 jenis binatang. Badan kuda sisik ular dan ikan, buntut kura-kura, kaki burung-macan-kerbau-menjangan, mata kepiting, telinga kelinci, taring macan, jenggot dan mulut singa. Ciok say jantan memegang bola dan betinanya memegang anaknya.
Pada setiap pilar di serambi Kelenteng Hok Tek Ceng Sin Jepara terdapat lukisan binatang yang menggambarkan 12 Shio dalam tradisi Tionghoa, yaitu Tikus, Kerbau, Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, dan Babi. Sementara lubang hawa pada dinding dihias ornamen sepasang naga yang sangat indah.
Arti harafiah Hok Tek Ceng Sin atau Fu De Zheng Shen adalah "dewa bumi atas kemakmuran dan jasa". Ada perbedaan dengan Dewa Bumi Tho Ti Kong (Tu Di Gong). Hok Tek Ceng Sin adalah sosok satu dewa yang menjadi pelindung masyarakat serta dianggap sebagai dewa bumi secara keseluruhan, dan altarnya dibuat sejajar dengan altar dewa lainnya.
Sedangkan Thu Ti Kong adalah para dewa bumi yang menguasai tanah setempat, seperti tanah dimana kelenteng didirikan. Kelompok dewa ini kedudukannya paling rendah dalam kepangkatan Surga dan paling dekat dengan manusia, sehingga altarnya sejajar dengan lantai.
Hiolo Thian berkaki tiga untuk memuja Dewa Langit ada di serambi Kelenteng Hok Tek Ceng Sin Jepara. Pada keempat kakinya ada relief wajah raksasa, demikian pula pada pegangan di kiri kanannya. Relief pada badan hiolo juga menampilan wajah raksasa dan binatang yang menyerupai kepiting dan belalang sembah. Tak ada ornamen naga pada hiolo ini.
Namun pada pilar tampak melilit seokor naga dengan mata yang mencorong menyala, berhadapan dengan harimau. Naga melambangkan keselamatan, serta pelindung arah timur yang melambangkan musim semi atau mulainya kehidupan baru. Sedangkan harimau melambangkan keberanian dan pelindung dari roh-roh jahat, serta pelindung arah barat (musim gugur).
Klenteng Hok Tek Bio Jepaya juga memiliki sumur tua. Sumur tersebut kerap diambil airnya untuk dijadikan perantara doa bagi masyarakat karena diyakini berkhasiat.
Sumur tua itu berada di bawah tempat penyimpanan arca Dewa Bumi di kelenteng Hok Tek Bio. Siapa saja dibolehkan mengambil air sumur dengan cuma-cuma setelah mendapat ijin dari pengelola kelenteng.
Ketua Yayasan Kelenteng Welahan, Sugandi menuturkan sumur itu sudah ada sebelum kelenteng berdiri. Airnya tidak pernah surut, dan bening hingga saat ini.
Sumur itu kerap diambil airnya oleh warga untuk keperluan pengharapan. Seperti untuk usaha, pertanian hingga pengobatan.
"Saya tidak bilang untuk menyembuhkan, tapi airnya sering dijadikan doa supaya yang usaha laris, yang sakit bisa sembuh, yang bertani bisa subur. Ya diyakini memiliki khasiat,"
Menurutnya, pengelola kelenteng masih merawat baik sumur tua itu. Di bawah altar arca dewa, bibir sumur dikeramik sejajar dengan lantai, dan ditutup rapi seperti jaring.
"Airnya masih bersih, bening dan tidak bau. Selain itu, tidak pernah surut"
Share on