Kelenteng Grajen ini dikenal sebagai Klenteng Obat yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit. sudah 180 tahun dikenal sebagai Kelenteng pengobatan

Umatnya seakan tidak pernah berhenti berdatangan untuk berdoa memohon berkat, meminta kesembuhan dan obat, atau pembebasan dari pengaruh buruk. Berada di Jalan Grajen Karanglo No 203 Semarang

Berbeda dengan kelenteng-kelenteng lainnya, Kelenteng Grajen ini diberi nama lokal yang sama seperti nama daerah dimana tempat ibadah ini berdiri, yaitu daerah Grajen, Karang Loo, Kota Semarang.

Tak hanya memiliki nama yang unik, Kelenteng ini mempunyai keunikan lainnya yaitu Hio Loo terbesar di Kota Semarang. 

Klenteng Grajen menjadi rumah bagi 10 dewa, namun tuan rumah dari Kelenteng ini adalah dewa pengobatan dan penolong. Dan Kelenteng Grajen, sudah 180 tahun dikenal sebagai Kelenteng pengobatan.

Umat yang datang untuk berdoa minta kesembuhan tak hanya dari daerah Kota Semarang saja, namun juga dari luar kota, bahkan luar negeri.

Yen Tjien Sang Tee, dewa pengobatan dan dewa penolong untuk segala bentuk gangguan, mulai dari santet, sengkolo dan sebagainya.

Ada beberapa teknik pengobatan, diantaranya melalui resep ramuan obat yang diperoleh dari mengocok Tjiam Si, atau bilah bambu bernomor yang sebelumnya telah didoakan. Kemudian Tjiam Si yang jatuh digunakan untuk menunjukkan nomor resep obat yang diperlukan. Nantinya resep tersebut digunakan untuk mengambil obat atau ramuan di sin shei, tabib atau toko ramuan obat Cina.

Cara kedua adalah dengan sembahyang dan membakar kertas Kui Jin Hu, lalu dimasukan ke dalam botol air mineral yang nantinya air tersebut bida dikonsumsi langsung oleh orang yang meminta penyembuhan dan pertolongan.

Tuan Rumah dari Klenteng Grajen Semarang ini adalah Hian Tian Siang Tee, dengan Dewa Dewa lain yang dipuja: Thian Shang Sheng Boo (Dewi Penguasa Laut), Dewi Kwan Im Po Sat (Dewi Penolong yang welas asih), Hauw Tjiang Kong (tunggangan dan penjaga Dewa Bumi), Dee Yo Kong (juru kunci dari klenteng Grajen), Dji Lay Hud, Thien Koong (Dewa Langit), Hok Tek Cing Sin (Dewa Bumi), Mi Lee Foo, Kwan Seng Tee Koen serta Poo Seng Tay Tee.